Skip to content
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia
  • Home
  • Dunia Menulis
  • Komputer
  • Galeri Karya
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia

“Jenderal Soedirman”, Sepak Terjang Panglima Besar Pertahankan Republik Tercinta

Posted on Oktober 23, 2023 By gurudionindonesia

Nama ‘Jenderal Soedirman’ begitu terkenal dan masyur di
Indonesia. Banyak jalan-jalan di kota-kota besar di Indonesia memakai nama
beliau. Bahkan namanya pun dipakai untuk nama gedung, universitas, sekolah,
monumen perjuangan hingga komplek perumahan.

Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga-Jawa Tengah, 24
Januari 1916 dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Sebagai seseorang yang
dikemudian hari dikenal sebagai Panglima Besar, Soedirman dibesarkan dengan
cerita-cerita kepahlawanan.

Di masa kecilnya, ia juga mendapatkan pelajaran etika dan
tata krama ala priyayi Jawa, serta etos kerja dan kesederhanaan sebagai wong
cilik (rakyat jelata). Soedirman dikenal pula sebagai seorang anak yang taat
menjalankan perintah agama dan rajin shalat.

Untuk menggelorakan kembali semangat juang Panglima Besar
ini, sutradara Viva Westi mengangkatnya dalam film biopic berjudul Jenderal
Soedirman
 (2015) produksi Padma Pictures.

Gerilya tujuh bulan

Beberapa hari setelah Soedirman keluar dari rumah sakit,
tepatnya pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda melancarkan Agresi
Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Pada masa itu Yogyakarta ditetapkan
sebagai Ibukota Republik Indonesia.

Di saat para pemimpin politik berlindung di keraton Sultan,
Soedirman beserta pasukan kecil dan dokter pribadinya memilih melakukan
perjalanan ke arah selatan dan mulai melakukan perlawanan gerilya terhadap
Belanda selama tujuh bulan lamanya.

 

Semangat perjuangan Panglima Besar Soedirman senantiasa
berkobar-kobar. Dalam sebuah perjumpaan dengan Tan Malaka (Mathias Muchus), ia
berucap demikian, “Saya tentara, saya membela pemerintah untuk merdeka seratus
persen. Jika Tuan Malaka mempunyai cara lain, silahkan. Terimakasih,” ucap
Jenderal Soedirman (Adipati Dolken) dengan semangat berkobar.

Pada kesempatan lain, saat menghadap Bung Karno (Baim Wong)
dan Bung Hatta (Nugie), Jenderal Soedirman pun berani mengajak kedua tokoh itu
untuk bergerilya bersamanya, “Dan saya mohon dengan sangat, ikutlah bergerilya
bersama kami,” ajaknya. Meskipun keduanya memilih jalan perjuangan yang berbeda
(diplomasi), Jenderal Soedirman tidak patah semangat. Dengan penuh hormat ia
tetap meminta restu keduanya untuk bergerilya bersama pasukan kecilnya.

Semangat dan dedikasi Jenderal Soedirman berhasil
memotivasi pasukan yang dipimpinnya untuk terus bergerak melawan pasukan
Belanda yang dijumpainya di sepanjang perjalanan.

Dalam sebuah adegan, tampak sejumlah tentara Indonesia
bersorak-sorak sembari mengepalkan tangan mereka dan mengelu-elukan nama
Soedirman, “Hidup Soedirman, hidup Soedirman, hidup Soedirman!”

Di atas podium, Jenderal Soedirman kemudian menyampaikan
pidato singkatnya, “Tentara tidak boleh dijadikan alat oleh golongan manapun,
atau orang – siapapun itu. Tunduk kepada perintah pimpinan merupakan kekuatan
dari seorang tentara. Merdeka, merdeka, merdeka!!!”

 

Pada awalnya Jenderal Soedirman beserta pasukannya
terus-menerus dibuntuti oleh pasukan Belanda. Namun Soedirman dan pasukannya
berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, dekat Gunung Lawu. Dari
tempat inilah Soedirman mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa,
termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Soeharto.


Biopic tak pernah mati

Jika dihitung dengan jari, cukup banyak tokoh-tokoh atau
pahlawan nasional Indonesia yang kisah hidupnya diangkat ke layar lebar.
Beberapa diantaranya adalah Tjoet Nya’ Dhien (1988) karya Eros
Djarot, Soegija (Mgr. Alb. Soegijapranata, SJ, 2012) karya
Garin Nugroho, Habibie & Ainun (2012) karya Faozan
Rizal, Soekarno (2013) karya Hanung Brahmantyo, Sang
Kiai
 (K.H. Hasyim Asyari-2013) karya Rako Prijanto, dan Jokowi (2013)
sutradara Azhar Kinoi Lubis.
 

Bahkan menurut kabar yang sudah beredar, tokoh proklamator
Drs. Muhammad Hatta pun akan dibuatkan film biopic-nya dengan judul
sementara “Bung Hatta “ yang kini sedang dalam proses penggarapan.

Film Jenderal Soedirman adalah salah
satu biopic yang berusaha menggambarkan bagaimana perjuangan
seorang panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat-cikal bakal TNI) di medan
gerilya. Perjuangan Soedirman tak pernah surut meski didera sakit TBC.

Dalam suatu adegan, dokter Soewondo (dokter pribadi
Jenderal Soedirman, diperankan oleh Anton Galon) berujar, “Baru kali ini saya
bertemu dengan pasien TBC sekuat Anda!”.

Dengan tatapan optimis Jenderal Soedirman menjawab, “Mas
Wondo, saya tidak pernah memikirkan penyakit saya, yang sakit boleh Soedirman,
tapi Panglima Besar ndak boleh sakit.

Jenderal Soedirman diangkat sebagai seorang Panglima Besar
di usia 29 tahun. Keikhlasan pribadinya tiada dua. Karena rasa cintanya yang
begitu besar terhadap Republik Indonesia, ia rela mengorbankan dirinya hingga
mencapai kemerdekaan seratus persen.

Salah satu orang terdekatnya bernama Tjokropranolo (Ibnu
Jamil) yang selalu menemani Jenderal Soedirman kemana pun ia pergi bergerilya.
Tjokropranolo dulunya adalah tentara anggota kesatuan yang dipimpin oleh
Jenderal Gatot Soebroto. Ia diutus untuk bergerilya bersama Jenderal Soedirman.

Selain itu, dalam film ini kita saksikan beberapa tokoh
pejuang yang ikut mendukung perjalanan gerilya sang Panglima Besar, antara
lain: Kapten Soepardjo Roestam (Surawan Atmodjo), Utoyo Kolopaking (Abdusamad)
dan Sersan Kusno (Ahmad Ramadhan Al-Rasyid).

Untuk melengkapi epik sejarah nan apik ini, dimunculkan
beberapa tokoh fiktif yang hendak mewakili berbagai kalangan yang hidup pada
jaman itu, diantaranya: Bismo (Gregorius Andika), Rotosoewarno (Ahmad Andara
Tetuko), Kunto (Anintriyoga Panuntun) dan Karsani (Gogot Suryanto).

Secara finansial, film ini didukung penuh oleh Markas Besar
TNI Angkatan Darat melalui Yayasan Kartika Eka Paksi, Persatuan Purnawirawan
Angkatan Darat dan Artha Graha Network, dengan menggelontorkan dana menyokong
produksi film berbudget 10 hingga 15 miliar rupiah.

Para pemain sebagian diambil langsung dari anggota militer,
diantaranya dari Komando Pasukan Khusus TNI-AD. Executive Produser Letjen
TNI (Purn) Kiki Syahnakri berujar, “Misi film ini adalah memperkenalkan kembali
Jenderal Soedirman terutama perannya dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia.”

Terlepas dari kelebihan maupun kekurangan film ini, Jenderal
Soedirman 
sangat direkomendasikan untuk ditonton oleh segenap lapisan
masyarakat Indonesia, demi menumbuhkan sekaligus terus menggelorakan semangat
cinta Tanah Air Indonesia. Jasmerah, jangan sampai melupakan sejarah!

Selamat menonton! 

 

Agus
Puguh Santosa

Post Views: 97
jenderal soedirman resensi film

Navigasi pos

Previous post
Next post

Related Posts

“Battle of Surabaya”, Kisah Penyemir Sepatu Cilik dalam Balutan Heroisme Perang Soerabaija ‘45

Posted on Oktober 23, 2023

PERISTIWA 10 November 1945 adalah peristiwa bersejarah yang selalu kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Dalam pertempuran di Surabaya tersebut terjadi peperangan antara pihak Indonesia melawan Sekutu yang diboncengi oleh tentara Belanda. Pertempuran heroik ini meletus dan menjadi peristiwa “perang perdana” antara pasukan Indonesia dengan pasukan asing pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia…

Read More

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • Juli 2024
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Februari 2021
  • Januari 2021

Hubungi :

Bila ada hal-hal yang ingin ditanyakan atau ingin memberikan masukan untuk membangun situs ini, silakan menghubungi email yang ada atau melalui media sosial yang tercantum pada laman ini.

Banjarmasin, South Borneo, Indonesia
gurudionindonesia@gmail.com
©2025 Guru Dion Indonesia | WordPress Theme by SuperbThemes