“Battle of Surabaya”, Kisah Penyemir Sepatu Cilik dalam Balutan Heroisme Perang Soerabaija ‘45 Posted on Oktober 23, 2023 By gurudionindonesia PERISTIWA 10 November 1945 adalah peristiwa bersejarah yang selalu kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Dalam pertempuran di Surabaya tersebut terjadi peperangan antara pihak Indonesia melawan Sekutu yang diboncengi oleh tentara Belanda. Pertempuran heroik ini meletus dan menjadi peristiwa “perang perdana” antara pasukan Indonesia dengan pasukan asing pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan oleh Dwi Tunggal Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Pertempuran di Surabaya menjadi salah satu pertempuran terbesar dalam catatan sejarah Indonesia yang menjadi ikon perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme barat. Adalah Battle of Surabaya (2015), sebuah film animasi karya anak negeri yang mencoba mengangkat peristiwa akbar ini dengan balutan grafis yang ciamik dan alur kisah menarik. Penyemir Sepatu Si Kurir Surat “There is no glory in war (tidak ada kemuliaan di dalam perang)”, adalah tagline yang diusung film berdurasi 99 menit ini. Ungkapan tersebut memang tidak salah, karena dimana-mana perang selalu menjadi penyebab malapetaka dan bencana yang setiap saat dapat merenggut nyawa manusia yang tak dapat diprediksi jumlahnya. Kisah dalam film Battle of Surabaya memang termasuk kisah fiksi, meskipun dilatarbelakangi oleh kejadian nyata pada masanya. Adalah Musa, seorang remaja berusia 13 tahun yang berprofesi sebagai seorang penyemir sepatu cilik yang akan menjadi pusat perhatian dari keseluruhan kisah yang dipaparkan dalam film ini. Bersama Yumna (Maudy Ayunda) dan Danu (Reza Rahadian), Musa mendapatkan tugas mulia sebagai “kurir surat-surat rahasia” untuk para tentara dan barisan pejuang Indonesia di Surabaya. Tugas yang tidak ringan itu disandang Musa dengan hati mantap dan bersemangat, meskipun bahaya setiap saat selalu mengancam nyawa dirinya, pun kedua sahabat karibnya. Petualangan Musa sebagai seorang remaja yang beranjak dewasa di tengah suasana perang yang berkecamuk mengagumkan, dramatis dan sungguh menyentuh hingga ke dasar jiwanya. Ia memiliki tekad dan “semangat joeang” yang patut diacungi jempol! Sepertinya Aryanto Yuniawan sebagai sutradara film ini ingin melecut sekaligus mengobarkan kembali gelora cinta Indonesia di kalangan anak-anak muda masa kini. Sehingga tokoh Musa dan 2 sahabat karibnya sangat pas dan terasa mantap mewakili maksud tersebut. Meskipun dikenal tegar dan pantang menyerah dalam menjalankan setiap tugas dan aksinya, mau tidak mau, suka tidak suka, Musa harus berhadapan dengan kesedihan manakala orang-orang yang teramat dicintainya tewas dalam situasi perang yang terjadi di depan mata. Pun ketika pihak Sekutu mengetahui identitasnya sebagai “kurir surat”, nyawa Musa pun menjadi taruhannya. Film Battle of Surabaya ini dilatarbelakangi kisah kepahlawanan di Surabaya yang selalu diidentikkan dengan Bung Tomo, sebagai salah satu tokoh terkemuka. Setelah Sekutu melakukan pemboman di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang kemudian menyerah dengan ditandatanganinya perjanjian di atas Kapal USS Missouri. Secara otomatis, Indonesia pun lepas dari penjajahan Jepang. Akan tetapi situasi bebas itu hanya bersifat sementara. Balatentara Sekutu yang diboncengi Belanda kemudian datang hendak mengambil alih Indonesia dari tangan Jepang. Menyadari situasi genting tersebut, beberapa tokoh diantaranya: Gubernur Suryo, Residen Soedirman, Moestopo, Bung Tomo dan lain-lain turun tangan seraya mengobarkan semangat arek-arek Surabaya dan pemuda Indonesia untuk mengangkat senjata kembali melawan penjajahan Sekutu dan antek-anteknya. Semboyan, “Merdeka atoe mati!” bergema dimana-mana, dibalut semangat tak ingin dijajah untuk kedua kalinya. Pada tanggal 31 Agustus 1945 lahirlah maklumat Pemerintah Indonesia yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh penjuru wilayah Indonesia, termasuk ke segenap pelosok kota Surabaya. Puncak gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Hotel Yamato (Hotel Oranje, sekarang bernama Hotel Majapahit) di jalan Tunjungan no. 65 Surabaya. Pasca insiden di Hotel Yamato, tanggal 27 Oktober 1945 pecahkan pertempuran perdana antara tentara Indonesia melawan Sekutu. Serangan-serangan yang semula berskala kecil itu kemudian meluas dan menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak. 100% Karya Anak Bangsa Teaser film Battle of Surabaya Sejumlah telah menyabet beberapa penghargaan nasional, aantara lain: Pemenang Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2012 kategori Film Animasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Juara Pertama Indigo Fellowship 2012 oleh Telkom Indonesia dan Nominasi Terunggul kategori Film Animasi di ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Film animasi ini melibatkan sekitar 60 animator/animatris yang terdiri dari siswa SMK, mahasiswa dan animator profesional dari Yogyakarta dalam proses penggarapannya di bawah nanungan payung STMIK AMIKOM Yogyakarta dan MSV Pictures. Kisah apik Battle of Surabaya ditulis oleh duet Muhammad Suyanto dan Aryanto Yuniawan. Meskipun genre animasi masih jarang tersentuh dalam ranah berfilman nasional, namun produksi film tampak dilakukan dengan sepenuh hati, meskipun harus menghabiskan dana sekitar 15 miliar dan waktu produksi sekitar 3 tahun. Namun kerja keras anak bangsa ini tidaklah sia-sia. Selain berhasil meraih penghargaan dalam negeri, film ini juga mendapatkan nominasi Best Foreign Animation Trailer dalam 15th Annual Golden Trailer Award, dan juara di International Movie Trailer Festival (IMTF) 2013 untuk kategori People’s Choice Award. Menurut Suyanto, Battle of Surabaya memang dipersiapkan menjadi film animasi kelas dunia. Maka tidak berlebihan adanya jika film ini kemudian dilirik oleh Walt Disney Pictures. Apalagi dari pola cerita, film animasi karya anak negeri ini telah mengikuti pola film box office Hollywood. Usai menggarap Battle of Surabaya, STIMIK AMIKOM Yogyakarya dan MSV Pictures mempunyai proyek animasi 3D berikutnya yang bertajuk Fire and Ice. Agus Puguh Santosa Post Views: 2 resensi film the battle of surabaya
“Jenderal Soedirman”, Sepak Terjang Panglima Besar Pertahankan Republik Tercinta Posted on Oktober 23, 2023 Nama ‘Jenderal Soedirman’ begitu terkenal dan masyur di Indonesia. Banyak jalan-jalan di kota-kota besar di Indonesia memakai nama beliau. Bahkan namanya pun dipakai untuk nama gedung, universitas, sekolah, monumen perjuangan hingga komplek perumahan. Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga-Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Sebagai seseorang… Read More