Bagian 3. MENULIS DARI SUDUT HATI TERDALAM

Judul di atas berasal dari pengalaman saya pribadi selama menjadi penulis. Dalam banyak kesempatan, saya berusaha menulis dari sudut hati yang “terdalam”.

Menulis dengan cara demikian menuntut konsentrasi tinggi. Kita tidak mungkin bisa melakukannya bila pikiran kita tidak fokus atau sambil memikirkan hal-hal lainnya dalam waktu bersamaan.

Menulis dari sudut hati terdalam menjadikan isi tulisan kita “berbeda” dan istimewa. Sepintas selalu tulisan yang dibuat “sekedar” jadi dengan tulisan yang ditulis dari sudut hati terdalam, akan menunjukkan perbedaannya.

(Sumber foto: hasil kreasi Ai)

Menulis dari sudut hati terdalam memerlukan refleksi dan pengendapan berkali-kali. Kadang sebuah kalimat yang sudah jadi harus direnungkan ulang, diutak-atik dan dibentuk ulang agar memenuhi ekspektasi kita sebagai penulisnya.

Penulis akui bahwa menulis dari sudut hati terdalam ini tidak selalu menjadi mudah, namun bukan berarti tidak mungkin untuk kita lakukan.

Dengan tekad besar dan semangat menulis yang terus menyala, saya yakin para penulis yang hendak mencoba menulis dengan cara demikian akan mendapatkan hasilnya.

Dan pepatah yang berbunyi, “Jika bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit?” nampaknya tidak berlaku di sini.

Para penulis yang sudah mencapai jam terbang yang sudah lumayan banyak biasanya tertarik untuk mencoba tantangan-tantangan baru dalam menulis.

Akan tetapi bagi yang baru belajar menulis tak perlu berkecil hati, sebab cara menulis seperti ini pun tetap memungkinkan untuk dicoba. Soal hasil akhirnya tak perlu terlampau risau, sebab pembiasaan yang terus-menerus akan menunjukkan “bukti karya” yang tak terbantahkan lagi kualitasnya.

Banjarmasin, 17 Juli 2025

Salam dari Kota Seribu Sungai

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

#tipsmenulispraktis

#literasi

#gurudionindonesia

#pengalamanmenulis

#penulisindonesia

#penulis

#editorbuku

#buku

#penulisbuku

#penuliskalsel

#literasidigital

#menulistanpaai

#tanpaartificialintellegence #tanpaai