Bagian 12. JIKA SEDANG GELISAH, MENULISLAH

Saya menyukai judul tulisan di atas dan pernah mempraktikkannya dalam banyak kesempatan. “Gelisah” yang kita alami dapat menjadi pintu masuk ke dalam sebuah karya tulis yang hendak kita wujudkan.

Kegelisahan itu memang dapat mengganggu, bahkan untuk sebagian orang dianggap sebagai “gangguan” yang teramat sulit dihilangkan.

Ketika kita gelisah, makan dan tidur pun terasa tak senikmat biasanya. Dan di saat-saat seperti ini, bisa jadi untuk “menulis” pun akan menimbulkan perasaan tawar atau gamang.

(Sumber foto: hasil kreasi Ai)

Jangankan menulis di saat gelisah, untuk menulis di saat hati senang dan tenang saja bagi sebagian orang masih dinilai sulit untuk dilakukan. Apalagi jika perasaan gelisah melanda dan membuat hati terombang-ambing tak jelas rimbanya.

Saya pribadi cukup memahami alasan-alasan seperti ini, sebab memang bisa jadi seperti itulah kenyataan yang dialami oleh sebagian orang. Namun bukan berarti hal ini menjadi “harga mati” atau halangan bagi kita untuk menulis.

Sekali mencoba mungkin akan terasa teramat sulit. Dua atau tiga kali mencoba pun bisa jadi masih terasa cukup sulit. Namun jika kita sudah berhasil melakukannya, niscaya pada kesempatan berikutnya, kita akan mampu menulis dalam suasana hati yang gelisah.

Hingga pada akhirnya, berbekal keyakinan Anda sendiri, Anda akan berani berpendapat bahwa judul tulisan di atas bukan sesuatu yang “mustahil” untuk diwujudkan.

Banjarmasin, 26 Juli 2025

Salam dari Kota Seribu Sungai

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

#tipsmenulispraktis

#literasi

#gurudionindonesia

#pengalamanmenulis

#penulisindonesia

#penulis

#editorbuku

#buku

#penulisbuku

#penuliskalsel

#literasidigital

#menulistanpaai

#tanpaartificialintellegence #tanpaai