Bagian 11. BERANI MENUANGKAN IDEALISME DALAM MENULIS

Menulis dengan tema atau topik berbeda adalah sebuah pilihan yang baik. Pun tidak ada salahnya jika kita melakukan eksplorasi, demi mendapatkan sudut pandang unik atau istimewa; yang tidak selalu sama dengan sudut pandang yang sedang menjadi tren saat ini.

Biasanya sebagian penulis mempunyai ketakutan bila tulisan yang dihasilkannya akan menuai perdebatan, mendapatkan kritik dari berbagai pihak, atau mendapatkan label sebagai tulisan yang buruk.

Ketakutan ini tidak berlebihan juga, sebab pada kenyataannya, ada sebagian orang yang sama-sama berprofesi sebagai “penulis” justru memberikan kritik yang sifatnya menjatuhkan atau memberikan penilaian sebagai sebuah karya yang gagal.

Sebagai penulis yang masih merasa perlu untuk terus belajar dan belajar, saya pribadi pun pernah mendapat kritik atas tulisan atau karya yang saya buat. Sebagian kritik sangat mendukung saya untuk membangun karir sebagai penulis. Jika pun kemudian ada kritik yang aneh-aneh atau sifatnya di luar konteks yang seharusnya, maka saya tidak akan terlampau mengambil hati terhadap kritik-kritik demikian.

Namun saya tetap berterima kasih kepada semua orang yang berkenan membaca artikel, tulisan, maupun buku karya saya selama ini. Tanpa Anda, karya tulis saya tersebut tidak akan bermakna dan tak akan pernah menjadi apa-apa.

Sebagai seorang penulis yang sadar sepenuhnya bahwa saya masih terus berproses, maka saya akan menikmati proses itu dengan sebaik-baiknya.

Pun ketika saya harus berpikir secara berbeda, menulis dengan perspektif berbeda, saya akan tetap melakukannya dengan sepenuh keberanian saya sebagai bentuk idealisme saya sebagai seorang penulis.

Banjarmasin, 17 Februari 2025

Salam dari Kota Seribu Sungai

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

#literasi

#gurudionindonesia

#pengalamanmenulis

#penulisindonesia

#penulis

#editorbuku

#buku

#penulisbuku

#hpn2025

#hpnkalsel2025

#penuliskalsel

#literasidigital

#menulisdenganai

#artificialintellegence #ai