Bagian 11. SEKALI WAKTU TULISKAN KEMBALI APA YANG PERNAH ANDA TULIS

Sepintas judul tulisan saya kali ini mungkin terasa “aneh” dan atau ‘janggal”. Tentu dengan spontan akan ada yang berkomentar demikian, “Untuk apa menuliskan kembali apa yang pernah kita tuliskan sebelumnya? Bukankah pekerjaan seperti itu hanya akan membuang-buang waktu percuma?”

Saya tidak akan menghakimi siapa-siapa, seandainya ada yang berkomentar demikian. Saya rasa komentar seperti itu wajar, dengan asumsi bahwa si pemberi komentar memang belum mengetahui “manfaat” yang terkandung dalam aktivitas “menulis kembali” seperti yang disebutkan dalam judul tulisan ini.

(Sumber foto: hasil kreasi Ai)

Selama ini saya sendiri dalam banyak kesempatan kerap melakukan aktivitas ini untuk tujuan yang beraneka ragam. Menuliskan kembali bisa diibaratkan sebagai kegiatan “menceritakan ulang” apa yang pernah kita ceritakan sebelumnya.

Karena titik berat kegiatannya adalah menceritakan ulang, maka sebagai penulis kita harus tetap memegang prinsip-prinsip pokok yang tidak boleh kita abaikan.

Salah satu “prinsip pokok” tersebut adalah berkaitan dengan data dan fakta yang pernah kita paparkan dalam tulisan aslinya. Hal beginian kadang diabaikan oleh beberapa penulis, sehingga di kemudian hari bisa menimbulkan permasalahan yang tidak kita harapkan.

Menuliskan kembali beberapa tulisan yang pernah kita tulis sebelumnya bisa menghasilkan sebuah karya baru dengan sudut pandang berbeda. Cara berceritanya pun bisa kita ubah sesuai keinginan kita, dan aktivitas seperti ini menjadi sesuatu yang menarik bagi saya.

Apakah Anda juga tertarik untuk mencobanya?

Banjarmasin, 25 Juli 2025

Salam dari Kota Seribu Sungai

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

#tipsmenulispraktis

#literasi

#gurudionindonesia

#pengalamanmenulis

#penulisindonesia

#penulis

#editorbuku

#buku

#penulisbuku

#penuliskalsel

#literasidigital

#menulistanpaai

#tanpaartificialintellegence #tanpaai