Bagian 15. ADA CURHAT DALAM TULISAN KITA

Bagi para penggiat media sosial (medsos), menuliskan curhatan di hati sudah menjadi salah satu pilihan yang banyak dilakukan.

Salah satu alasannya karena bentuk tulisan berupa curhat ini seringkali tidak memerlukan outline atau kerangka tulisan yang terlampau serius, bahkan untuk curhatan yang isinya panjang lebar kesana-kemari.

Tulisan seperti ini bisa jadi hanya memerlukan satu pokok pikiran, lalu dikembangkan dengan narasi berkelanjutan, yang pada akhirnya merangkai sebuah kisah sesuai dengan apa yang ingin dituturkan (baca: dicurhatkan) oleh penulisnya.

Credit foto: M. Indah Stephanie

Bentuk tulisan seperti ini pun tidak selalu memakai struktur bahasa yang baku dan resmi (baca: berdasarkan EYD versi V dan KBBI). Semua bisa diungkapkan dengan bahasa santai sehari-hari, mengadopsi bahasa lisan, hingga ungkapan atau istilah yang sedang tren atau viral saat ini.

Oiya, curhat biasanya berisi cerita-cerita tentang banyak hal, mulai tentang jerawat yang muncul di hidung atau pipi, tentang potongan rambut, tentang teman atau berita yang sedang jadi pusat perhatian, pokoknya tentang apa saja yang dianggap menarik untuk dibicarakan melalui tulisan.

Bagi yang baru mulai menuliskan curhatnya, mungkin mampu menulis satu hingga dua paragraf. Tapi untuk penulis yang sudah berkali-kali curhat, maka curhat yang tersampaikan bisa sepanjang jalan kenangan. Bahkan jika ruang unggah di medsos terbatas, curhat itu akan berlanjut ke kolom komentar hingga terselesaikan.

So, mau nyoba curhat melalui tulisan?

Banjarmasin, 10 Maret 2025

Salam dari Kota Seribu Sungai

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

#literasi

#gurudionindonesia

#pengalamanmenulis

#penulisindonesia

#penulis

#editorbuku

#buku

#penulisbuku

#ramadhan

#ramadhan2025

#penuliskalsel

#literasidigital

#menulisdenganai

#artificialintellegence #ai