Skip to content
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia
  • Home
  • Dunia Menulis
  • Komputer
  • Galeri Karya
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia

Hampir Putus Asa Diujung “Kecewa” Saat Menulis? Terapkan 5 Hal yang Bisa Menyelamatkan Anda!

Posted on Februari 8, 2021 By gurudionindonesia

Menulis Pantang Menyerah

(Sumber gambar: https://bangka.tribunnews.com )

Oleh:
Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM

Sebuah kalimat sederhana terpantik di
memori ingatan saya pagi ini. Kalimat sederhana itu berbunyi
demikian, “Menulislah dan Jangan Mudah Kecewa. Jika Kecewa,
Ungkapkanlah dalam Nasihat yang Menghibur!”. Ungkapan tersebut jika
direnungkan secara mendalam akan memberikan makna yang begitu luas
kepada Anda dan saya. Benarkah demikian?

Tentu sudah menjadi rahasia umum
bahwasannya segala aktivitas yang kita lakukan akan selalu diikuti
rasa “puas” sekaligus kerap dilekati perasaan “kecewa” di
dalamnya. Beruntung sekali bila persentase rasa puas itu lebih besar
jika dibandingkan rasa kecewa yang singgah di dada. Namun jika yang
terjadi sebaliknya, tentu akan menciptakan pertanyaan berikutnya.

Barangkali bunyi pertanyaannya seperti
ini, “Mengapa hal itu justru membuat saya kecewa?” atau “Andai
saya tahu hal tersebut akan mendatangkan kekecewaan dalam hidup saya,
ada baiknya sejak awal saya tidak melakukannya!”

Dalam dunia menulis, sebenarnya kita
tidak perlu mengalami rasa kecewa, apalagi kecewa yang berlebihan dan
tak beralasan. Barangkali 5 hal di bawah perlu mendapatkan perhatian
Anda :

1. Menulis dan Berharap Tidak Kecewa

Ungkapan dalam
kalimat pendek di atas sepertinya mudah dijalankan, namun tidak mudah
kita jalani secara konsisten. Mengapa? Karena takut “kecewa”
adalah salah satu penghalangnya! Harapan agar tidak mengalami
kekecewaan usai menyelesaikan sebuah tulisan atau artikel, tentu
pernah terbersit di hati setiap penulis di muka bumi ini.

Namun kenyataan
tak selalu indah seperti apa yang kita harapkan. Apalagi jika kita
sudah merasa menulis dengan sangat baik dan penuh bersemangat; namun
mendapatkan sambutan tak seperti ekspektasi kita sebelumnya. Apakah
kita memang harus kecewa?

Jika kita tetap
memelihara rasa kecewa tersebut, bisa dipastikan bahwa “mood
boster” yang bisa mendukung aktivitas menulis kita serta merta akan
hilang begitu saja. Hilang tanpa jejak dan seakan sulit untuk
menemukannya lagi. Bahkan ada penulis-penulis yang memerlukan waktu
cukup panjang untuk meyakinkan dirinya lagi bahwa perjuangannya dalam
dunia menulis harus tetap berlanjut. Bila ada orang-orang yang
sanggup memotivasi dan mendukungnya secara berkelanjutan; barangkali
proses untuk “bangkit kembali” tidak perlu memakan waktu yang
lama.

2. Tetap Menulis Meskipun Sering
Kecewa

Tetap menulis
meskipun sering kecewa, mungkinkah? Tidak mudah mengatasi rasa kecewa
yang seolah datang bertubi-tubi dan beruntun. Ibarat pepatah lama
yang berbunyi: “Sudah jatuh ditimpa tangga!”

Bagi mereka-mereka
yang mampu menyeberangi masa-masa sulit ini dengan tetap menjalani
aktivitas menulis setiap hari tak kenal henti; lama kelamaan di dalam
dirinya akan terbangun mental juara. Mental juara inilah yang akan
tetap menguatkan kita untuk tetap menulis apapun yang terjadi.

Selama kita
mengikuti rambu-rambu yang ada dan aturan universal yang berlaku
dalam dunia menulis, maka kita tidak perlu khawatir terlampau besar.
Jika pun jumlah pembaca tulisan-tulisan kita belum sebanyak yang kita
impikan, tak perlu patah semangat.

Peganglah sebuah
keyakinan bahwa untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang berbobot dan
isinya mantap, kita tidak bisa mempergunakan analogi tokoh Bandung
Bondowoso yang berusaha membangun candi yang jumlahnya seribu itu
hanya dalam waktu semalam saja!

3. Memaknai Kecewa Sebagai Pelecut
Semangat

Apabila sebagai
penulis kita bisa mengubah rasa kecewa di hati sebagai “pelecut
semangat”, maka kita akan lebih banyak merasakan dampak positif
daripada dampak negatif dari aktivitas menulis yang kita jalani
setiap hari.

Jika di setiap
tulisan yang kita buat selalu mendapatkan kritikan pedas dari para
pembaca, anggaplah kritikan itu sebagai “bumbu penyedap” yang
akan membuat tulisan-tulisan kita berikutnya menjadi semakin nikmat
untuk dicicipi.

Semua penulis yang
saat ini sudah mempunyai nama di kalangan pembacanya; tentu harus
mengalami perjalanan panjang yang penuh tantangan. Memaknai kecewa
sebagai pelecut semangat bisa menjadi salah satu rumus yang dapat
kita terapkan setiap saat.

Jangan pernah
menumpuk-numpuk rasa kecewa yang pernah kita alami di sepanjang karir
kita sebagai seorang penulis. Tetapi kikislah dan berusahalah untuk
menghilangkan sama sekali serpihan-serpihan rasa kecewa itu, akan
langkah-langkah kita menuju kesuksesan sebagai penulis semakin dekat
dan nyata di depan mata!

4. Lebih Baik
Pernah Kecewa Daripada Tidak Pernah Menulis

Saat pertama kali
kita memutuskan diri untuk terjun dalam dunia kepenulisan, tentu
sebenarnya kita sudah sadar-sesadarnya bahwa rasa kecewa pasti akan
pernah kita alami di suatu ketika. Bila pengalaman itu terjadi di
masa-masa awal saat memulai perjalanan kita sebagai penulis, maka di
sini seringkali rasa putus asa yang mendera kita kemudian menjadikan
kita segera mengambil keputusan untuk keluar dari dunia menulis.

Agar hal-hal
demikian jangan sampai terjadi dan kita alami, maka kita memerlukan
rekan-rekan seperjalanan yang nantinya bisa menopang kita sekaligus
mendukung kita di sepanjang karir sebagai penulis telah kita pilih
sebelumnya.

Menemukan atau
mendapatkan rekan seperjalanan seperti ini tentu tidak mudah juga.
Namun terkadang kita menemukannya begitu saja dalam perjalanan yang
kita lalui.

Dan jika sebagai
seorang penulis kita pernah mengalami rasa kecewa, sudah dapat
dipastikan bahwa kecewa itu hadir karena kita pernah menulis.
Sehingga barangkali akan ada yang berujar dengan santai seperti ini,
“Jika tidak siap kecewa, ya sebaiknya tidak usah menulis. Titik!”

Bila di masa lalu
maupun di saat ini kita tengah memendam harapan untuk menjadi seorang
penulis ulung dan terkenal; maka jejak-jejak para penulis tersohor
Indonesia dapat kita ikuti. Bayangkan saja jika Kakek Pramoedya
Ananta Toer pada masa itu kecewa lalu tidak melanjutkan hobi
menulisnya selama menjalani masa tahanan di Pulau Buru; tentu
karya-karya besar seperti tetralogi “Bumi Manusia” dan karya
lainnya tidak akan pernah lahir!

5. Jika Kecewa, Ungkapkan dalam
Nasihat yang Menghibur!

Nah, judul kecil di bagian terakhir
tulisan ini menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk kita lakukan.
Sebab banyak terjadi, rasa kecewa yang dialami oleh seorang penulis
terkadang dilampiaskan dalam kisah atau tuturan yang justru bisa
“mematahkan semangat” para calon penulis lainnya.

Maka akan sangat bijak bilama sebagai
seorang penulis kita belajar untuk mengungkapkan rasa kecewa tersebut
dalam beragam nasihat yang menghibur. Tentu untuk mewujudkannya, kita
harus mau banyak belajar sekaligus bertekun dalam perjuangan yang
sedang kita jalankan.

Menjadi seorang penulis sejati tidak
mengenal kata “instan”; karena semua keberhasilan yang diraih
hanya bisa didapatkan dengan perjuangan yang tak mengenal kata henti
dan menyerah.

“Orang sukses adalah orang yang
menggunakan waktu dengan optimal. Dan ia melakukan sesuatu yang tidak
diminati oleh orang gagal. Orang malang yaitu orang yang hari-harinya
diisi dengan kekecewaan.” (K.H. Abdullah Gymnastiar)

Banjarmasin, 8 Februari 2021

Post Views: 44
bangkit Dunia Menulis ide kecewa kritikan Lomba Menulis PGRI Bulan Februari 2021 Menulis mood boster pelecut semangat penulis sejati rambu-rambu

Navigasi pos

Previous post
Next post

Related Posts

Menulis Bukan Untuk Sekedar Meraih Juara dan 5 Strategi Jitu Perbaiki Motivasi Diri (Bagian 2)

Posted on Februari 11, 2021

Mental Juara dalam Menulis (Sumber gambar: https://www.thebetterindia.com ) Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM Dalam artikel sebelumnya telah saya paparkan bahwa setiap penulis tentu pernah memiliki kerinduan untuk menjadi juara dalam sebuah kompetisi, lomba, dan beragam ajang kejuaraan menulis yang diikutinya. Ada baiknya bila aktivitas menulis yang kita lakukan sekarang ini…

Read More

Bagian 13. INSPIRASI MENULIS BISA DARI MANA SAJA

Posted on Februari 19, 2025Maret 9, 2025

Di suatu ketika saat sedang duduk di sudut ruangan, ditemani secangkir kopi hitam, saya tengah asik menulis. Sebagian orang menerapkan syarat tertentu yang harus terpenuhi, ketika mereka sedang menulis. Misalnya saja suasana di sekelilingnya harus hening, lampu penerangan harus pas, sejuknya ruangan harus terjaga, tidak boleh ada hal-hal yang mengganggu,…

Read More

Bagian 11. BERANI MENUANGKAN IDEALISME DALAM MENULIS

Posted on Februari 17, 2025Maret 9, 2025

Menulis dengan tema atau topik berbeda adalah sebuah pilihan yang baik. Pun tidak ada salahnya jika kita melakukan eksplorasi, demi mendapatkan sudut pandang unik atau istimewa; yang tidak selalu sama dengan sudut pandang yang sedang menjadi tren saat ini. Biasanya sebagian penulis mempunyai ketakutan bila tulisan yang dihasilkannya akan menuai…

Read More

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • Juli 2024
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Februari 2021
  • Januari 2021

Hubungi :

Bila ada hal-hal yang ingin ditanyakan atau ingin memberikan masukan untuk membangun situs ini, silakan menghubungi email yang ada atau melalui media sosial yang tercantum pada laman ini.

Banjarmasin, South Borneo, Indonesia
gurudionindonesia@gmail.com
©2025 Guru Dion Indonesia | WordPress Theme by SuperbThemes