Skip to content
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia
  • Home
  • Dunia Menulis
  • Komputer
  • Galeri Karya
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia

Menjadi Bibliophile Lebih Baik Dibandingkan Bibliomania

Posted on Februari 3, 2021 By gurudionindonesia

Tangkapan Layar Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Daring

(Sumber foto: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bibliomania)

Oleh:
Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM


Bagi para pembaca,
barangkali setelah membaca judul di atas, muncul dua pertanyaan
singkat berkaitan dengan istilah “bibliophile” dan “bibliomania”.
Benar, bukan?

Jika kita mencoba
mencari maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi luring
maupun daring, maka kita akan mendapatkan pengertian dari salah satu
istilah yang berhubungan dengan buku tersebut.

Kita
hanya dapat menemukan makna dari kata ”bibliomania” yang diartikan
sebagai pencinta buku yang mengumpulkannya sebagai benda seni.
Sedangkan kata “bibliophile” tidak kita temukan maknanya. Setelah
saya melakukan penelusuran lebih lanjut di internet, saya mendapatkan
makna kata bibliophile,
yaitu orang yang suka mengoleksi buku dan mempunyai hobi membaca
semua koleksinya.

Saya pribadi
mempunyai hobi mengoleksi buku yang saya anggap menarik dan
bermanfaat. Biasanya setiap bulan saya selalu menyempatkan diri untuk
bertandang ke toko buku yang ada di Kota Banjarmasin atau Banjarbaru.

Soal nama toko
bukunya, itu tidak terlalu penting untuk saya bahas. Karena bagi
saya, di toko buku yang kelihatannya sederhana pun, saya tetap bisa
menemukan buku-buku yang menarik. Bila saya telah menemukan buku-buku
dimaksud, saya tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan sejumlah
uang demi meminang buku-buku itu.

Bahkan menjelang
penyusunan skripsi maupun tesis, saya merealisasikan hobi mengoleksi
buku ini melebihi kebiasaan saya sebelumnya. Ketika mahasiswa lain
ada yang memilih mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
“bantuan pihak ketiga” agar skripsi atau tesisnya beres; saya
justru rela mengeluarkan jumlah uang yang nominalnya sama untuk
membeli buku-buku referensi yang saya perlukan!

Kedengarannya
mungkin apa yang saya lakukan ini “lucu” bagi sebagian orang di
zaman sekarang. Bahkan barangkali akan ada yang mentertawakannya
seraya berseloroh, “Ngapain ngeluarin uang sebanyak itu cuma
untuk beli buku doang? Kalau ujung-ujungnya harus ngerjain
sendiri skripsi atau tesisnya? Mending uang segitu dipakai
untuk membayar pihak ketiga yang sanggup menyelesaikan skripsi atau
tesis kita sesuai pesanan!”

Tentu bagi para
pembaca yang pernah mengalami situasi dan kondisi seperti yang saya
maksudkan di atas, pasti sudah bisa menebak dan dapat membayangkan
apa yang sesungguhnya telah menjadi budaya yang dihidupi oleh
sebagian mahasiswa kita yang tengah berjuang meraih gelar sarjananya.

Di satu sisi ada
mahasiswa yang begitu idealis mau berjuang dari nol untuk menuliskan
skripsi atau tesisnya dengan cucuran keringat dan air mata. Namun di
sisi lain ada juga mahasiswa yang memilih jalan “terima beres”,
asal lulus, titik!

Apabila ditelusuri
lebih jauh dan lebih mendalam, pasti tidak bisa dilepaskan dari
kemampuan literasi yang dimiliki oleh mahasiswa bersangkutan.
Kelompok mahasiswa yang memiliki kemampuan literasi baik, akan
menerapkan ilmunya untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
dengan penuh tanggup jawab. Jika diminta menulis skripsi atau tesis,
ya harus menuliskan skripsi atau tesis itu dengan “tangan sendiri”,
bukan meminjam tangan orang lain untuk merampungkannya!

Akan tetapi jika
kemampuan literasi mahasiswa bersangkutan di bawah rata-rata, sudah
bisa dipastikan bahwa mereka-mereka ini akan memilih “jalan pintas”
dengan meminta pertolongan kepada pihak ketiga yang sanggup
menyelesaikan skripsi atau tesis tersebut sesuai dengan target waktu
yang sudah ditetapkan.

Apabila kita
sebagai mahasiswa pergi ke perpustakaan kampus, kemudian mencari
referensi pembanding untuk penulisan skripsi atau tesis kita;
barangkali akan ada yang berkomentar bahwa isi skripsi atau tesis
yang menjadi koleksi perpustakaan kampus cenderung mengikuti pola
yang seragam.

Di mulai dari Bab
I Pendahuluan, yang disusul dengan Bab II berisi Landasan Teoritis,
kemudian berlanjut ke Bab III berupa Gambaran Umum Perusahaan atau
Lembaga yang diteliti, lalu pada Bab IV dilakukan Analisis Data yang
disambung dengan Bab V Penutup. Itu adalah kerangka umum penulisan
skripsi. Sedangkan untuk penulisan tesis akan mengikuti struktur yang
sedikit lebih kompleks.

Meski terkesan
polanya demikian, namun jika kita sungguh melakukan penulisan sejak
awal; maka kita akan dapat merasakan bahwa proses penulisan karya
ilmiah ini memang sangat menuntut konsentrasi sekaligus konsistensi
kita sebagai seorang penulis yang bertindak sekaligus sebagai
peneliti di lapangan.

Justru di sinilah
manfaat keberadaan buku-buku referensi yang sudah kita siapkan di
awal proses penulisan skripsi atau tesis ini. Dengan bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing, judul skripsi atau tesis yang sudah
kita tentukan sejak awal, akan kita jabarkan sedikit demi sedikit
mengikuti tahapan yang sudah digariskan.

Berbekal
ketekunan, penulisan skripsi atau tesis tersebut niscaya akan dapat
terselesaikan pada waktunya dengan hasil terbaik tentunya. Bila kita
sudah sampai pada tahapan akhir ini, kita akan sungguh dapat
mengamini bahwa kebiasaan kita mengoleksi buku dan mempunyai hobi
untuk membaca semua koleksinya akan menemukan maknanya.

Namun bila kita
kemudian memutuskan diri untuk menjadi mahasiswa yang lebih memilih
untuk meminta bantuan “pihak ketiga” saat menyelesaikan skripsi
atau tesisnya; maka bisa jadi kita akan termasuk ke dalam golongan
bibliomania alias pencinta
buku yang mengumpulkannya hanya sebagai benda seni. Bisa jadi
seseorang melakukan aktivitas mengoleksi buku hanya sebagai
“prasyarat” untuk ditunjukkan kepada dosen saat sidang/ujian
skripsi atau tesis berlangsung!


Banjarmasin, 3
Februari 2021

Post Views: 43
bibliomania bibliophile buku Dunia Menulis Kamus Besar Bahasa Indonesia Lomba Menulis PGRI Bulan Februari 2021 luring mengoleksi buku Menulis pihak ketiga skripsi tanpa hasil

Navigasi pos

Previous post
Next post

Related Posts

Bagian 21. YUK, PERGI KE PERPUSTAKAAN!

Posted on Maret 16, 2025Maret 9, 2025

Hari-hari ini barangkali tidak banyak lagi orang yang masih pergi berkunjung ke perpustakaan, entah di lingkungan sekolah, kantor, desa, atau di perpustakaan kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Tidak semua sekolah memiliki perpustakaan yang memadai. Kalau pun ada, terkadang koleksi bukunya terbatas, bahkan sebagian di antaranya kemungkinan merupakan koleksi lama. Jika pun…

Read More

Menulislah Bila Harus Menulis!

Posted on Februari 26, 2021

Menulislah Bila Harus Menulis (Sumber foto: https://www.cintapekalongan.com ) Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM Pernahkah Anda mengalami bahwa hari ini Anda diharuskan menulis? Bisa saja yang mengharuskan Anda menulis adalah panitia sebuah lomba blog atau sejenisnya. Bisa jadi guru atau dosen Anda yang memberikan tugas menulis hari ini. Mungkin juga Anda…

Read More

Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 29)

Posted on Juli 7, 2022

Saat Kita Berada di Simpang Putus Asa (https://www.oprahdaily.com/)   Hmm, pernahkah Bapak dan Ibu guru mengalami patah semangat atau mendadak kehilangan semangat menulis saat sedang mengikuti sebuah even atau kompetisi menulis yang dilakukan secara marathon (1 minggu 1 postingan, 1 minggu berturut-turut, 15 hari berturut-turut, 30 hari menulis, 40 hari…

Read More

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • Juli 2024
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Februari 2021
  • Januari 2021

Hubungi :

Bila ada hal-hal yang ingin ditanyakan atau ingin memberikan masukan untuk membangun situs ini, silakan menghubungi email yang ada atau melalui media sosial yang tercantum pada laman ini.

Banjarmasin, South Borneo, Indonesia
gurudionindonesia@gmail.com
©2025 Guru Dion Indonesia | WordPress Theme by SuperbThemes