Skip to content
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia
  • Home
  • Dunia Menulis
  • Komputer
  • Galeri Karya
Guru Dion Indonesia
Guru Dion Indonesia

Menulislah Karena Cinta, Yakin Bisa?

Posted on Februari 12, 2021 By gurudionindonesia

Menulislah Karena Cinta

(Sumber gambar: https://www.lovepanky.com )

Oleh:
Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM

Dalam dua tulisan terdahulu telah saya paparkan bahwa
setiap penulis tentu pernah memiliki kerinduan untuk menjadi juara
dalam sebuah kompetisi, lomba, dan beragam ajang kejuaraan menulis
yang pernah diikutinya.

Sebuah pernyataan dan pertanyaan sederhana pagi ini
tiba-tiba muncul dan menggaung dalam pikiran saya, “Menulislah
karena cinta, yakin bisa?”

Pernyataan dan pertanyaan sederhana tersebut sepintas
selalu mudah dilakukan, namun ternyata bila direnungkan kembali tidak
selalu mudah untuk menerapkannya. Berikut beberapa catatan
berdasarkan fakta yang dapat memperkuat argumen tersebut :


Menulis
Karena Kecewa

Perasaan kecewa yang kita alami tak jarang mudah
menyulut gairah menulis kita, entah menuliskan rasa kecewa itu pada
status WhatsApp, Instagram, atau media sosial lainnya; hingga
mengungkapkannya dalam bentuk narasi yang cukup panjang.

Rasa kecewa yang berkecamuk bisa saja terjadi karena
permasalahan pribadi, namun tak jarang juga timbul akibat rasa kecewa
terhadap keadaan sosial kemasyarakatan yang sedang menjadi isu hangat
dan perbincangan banyak pihak.

Rasa kecewa bisa merupakan rasa tidak puas akibat tidak
terkabul suatu keinginannya, harapannya, dan sebagainya; rasa kecewa
juga bisa mewakili perasaan tidak senang terhadap sesuatu atau
seseorang.

Menulis akibat termotivasi perasaan yang demikian itu
memang tak dapat disangkal menjadi salah satu “pemandu sorak”
yang dapat diandalkan untuk menghasilkan tulisan. Percaya tidak
percaya, akibat perubahan paradigma di masyarakat kita, maka
tulisan-tulisan berbau rasa kecewa ini pun punya tempat tersendiri di
hati para penggemarnya.

Bagi para penikmatnya, tulisan-tulisan
ini justru terkadang menjadi sarana penghibur dan obat mujarab untuk
mengobati rasa kecewa yang mungkin juga sedang melanda hati mereka
saat ini.

Ketika
Rasa Benci Jadi Pelurunya

Alasan menulis karena benci pun saat ini bisa diterima
oleh sebagian masyarakat kita sebagai sesuatu yang biasa atau lumrah
adanya. Bahkan ada sebagian penulis yang memang menjadikan rasa benci
sebagai “peluru” atau amunisi untuk memuntahkan karyanya!

Karena sudah jelas penggemar dan pembaca setianya, maka
kelompok penulis yang satu ini tetap berusaha mempertahankan rasa
benci yang meledak-ledak di hatinya. Secara logika mungkin agak sulit
dipahami alasan sebenarnya yang menjadi latar belakangnya. Meski
begitu, toh hingga kini masih ada sebagian orang yang masuk
dalam kelompok ini.

Bagi Anda yang selama ini tak pernah lepas dari
aktivitas bermedia sosial setiap harinya, tentu akan dengan mudah
menemukan contoh-contoh tulisan yang bertebaran di sana yang
bermuatan rasa benci. Bahkan ada penulis yang mengungkapkan rasa
bencinya terhadap sesuatu atau seseorang secara mendalam, dengan
menyertakan fakta dan data yang diharapkan akan mampu meyakinkan
kebenaran semua argumen yang sudah dipaparkan.

Meski begitu, para penulis yang menjadi “rasa benci”
sebagai peluru atau amunisi setiap karyanya harus tetap berhati-hati
agar jangan sampai terkena sanksi pidana akibat tulisannya itu
dinilai melanggar UU ITE. Misalnya saja jika tulisan yang dibuat
tersebut bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik maka
dapat dipidana berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UU ITE. Pun jika tulisan
tersebut terbukti menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA maka
dapat dipidana berdasarkan Pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Menulis
Karena Cinta Jadi Solusinya!

Nah, pilihan yang terakhir ini dapat menjadi solusi
“terbaik” agar hobi atau aktivitas menulis yang kita lakukan
tetap terasa nyaman dan dapat memberikan jaminan berupa rasa tentram
di hati. Menulislah karena cinta, maka hasilnya jelas berbeda.

Jika kita mengalami rasa kecewa yang kemudian
menciptakan rasa benci di hati, maka ketika kita hendak
mengungkapkannya dalam wujud tulisan, akan lebih baik bila ditaburi
dengan rasa cinta di dalamnya. Rasa cinta yang saya maksud di sini
bisa dihasilkan dengan menatap persoalan yang dihadapi dari sisi atau
sudut pandang berbeda.

Misalnya saja ketika kita sedang mengalami sebuah rasa
kecewa di hati, maka kita dapat melihatnya dari sisi lain yang
memberikan kita peluang untuk tetap bersyukur dalam kondisi tersebut.
Berbekal rasa syukur inilah, ungkapan hati yang kita curhatkan dalam
bentuk tulisan akan bermuatan positif.

Menulis karena cinta, yuk kita budayakan!

Banjarmasin, 12 Februari 2021

Post Views: 42
Dunia Menulis ide Lomba Menulis PGRI Bulan Februari 2021 Menulis menulis karena cinta menulis karena kecewa pemandu sorak penggemar rasa benci UU ITE

Navigasi pos

Previous post
Next post

Related Posts

Bahasa Ibu: “Sayang Jika Tak Dikuasai, Teramat Sayang Bila Tak Dilestarikan!” (Bagian 2)

Posted on Februari 23, 2021

Bahasa Ibu, Teramat Sayang Bila Tak Dilestarikan! (Sumber foto: https://bangkok.unesco.org ) Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM “Bahasa Daerah Terawat, Bahasa Indonesia bermartabat,” demikian tagline yang dikumandangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesis dalam Festival Pemertahanan Bahasa Ibu 2021 memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional yang…

Read More

Menulis Bukan Untuk Sekedar Meraih Juara dan 5 Strategi Jitu Perbaiki Motivasi Diri (Bagian 1)

Posted on Februari 10, 2021

  Strategi Jitu Perbaiki Motivasi Diri dalam Menulis (Sumber gambar: https://tip.duke.edu ) Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM Meyakinkan diri sendiri bahwa sesungguhnya aktivitas menulis yang kita lakukan sekarang ini bukanlah sekedar untuk meraih juara kompetisi, lomba, atau apapun juga namanya. Dan meyakinkan diri ini terbilang tidak mudah! Sebab sudah barang…

Read More

Seri Motivasi Menulis Bagi Guru (Bagian 27)

Posted on Juli 5, 2022

  Jumlah tayangan artikel yang diposting di bulan Februari tahun 2021 (https://gurudionindonesia.blogspot.com) “Pernahkah selama ngeblog Bapak dan Ibu guru mengecek jumlah pembaca dari setiap tulisan yang sudah Bapak dan Ibu posting?” Syukurlah jika Bapak dan Ibu pernah melakukannya. Namun bisa jadi ada di antara Bapak dan Ibu guru yang belum…

Read More

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari

Arsip

  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • Juli 2024
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • Februari 2021
  • Januari 2021

Hubungi :

Bila ada hal-hal yang ingin ditanyakan atau ingin memberikan masukan untuk membangun situs ini, silakan menghubungi email yang ada atau melalui media sosial yang tercantum pada laman ini.

Banjarmasin, South Borneo, Indonesia
gurudionindonesia@gmail.com
©2025 Guru Dion Indonesia | WordPress Theme by SuperbThemes