Ilustrasi Menulis dengan Hati di alamat:
https://www.islampos.com/mengejar-hati-bahagia-8204/
“Menulislah dari hatimu dan
temukan pembaca setiamu,” adalah
sebuah komentar yang dituliskan Om Jay
menanggapi salah satu artikel saya yang berjudul “Seri Motivasi Menulis Bagi
Guru (Bagian 5)” yang mulai tayang pada 14 Juni 2022 lalu.
Menulis dengan hati adalah salah satu pilihan yang selama ini penulis
jalani. Jujur, untuk mewujudkannya perlu perjuangan tersendiri, karena
dalam beberapa kesempatan penulis kadang “tergoda” untuk menulis berdasarkan apa
yang tertulis pada referensi atau bahan bacaan yang telah penulis simak
sebelumnya. Lalu apa perbedaan mendasar di antara keduanya?
Jika kita menulis dengan hati, biasanya
isi tulisan dari awal sampai akhir begitu melekat dalam pikiran kita. Bahkan
bila kita diminta untuk menceritakannya kembali, kita bisa menyampaikannya
dengan lancar dan mengalir. Sedangkan jika kita menulis berdasarkan referensi
tertentu, maka yang bisa kita ingat kemudian kemungkinan hanyalah pokok-pokok
pikirannya saja. Bahkan bisa jadi yang akan kita ingat hanya tema atau isi
tulisan tersebut secara general (umum).
Menulis dengan hati memerlukan waktu dan
permenungannya sendiri. Semakin lama direnungkan dan semakin mendalam
renungannya, maka tulisan yang kita hasilkan akan semakin baik dan menarik.
Seperti halnya dengan berbagai teknik
menulis yang ada, maka teknik “menulis dengan hati” ini pun memerlukan
pembiasaan. Dengan kata lain,
teknik menulis yang seperti ini tidak bisa kita kuasai secara instan. Jumlah
tulisan yang sudah kita hasilkan pun tidak bisa menjadi patokan, apakah kita
sudah berhasil menulis dengan hati atau belum.
Menulis dengan hati bisa diibaratkan
seseorang yang tengah berjalan ke suatu tempat. Tentu untuk sampai di
tujuannya, kita harus melewati titik-titik tertentu terlebih dahulu.
Untuk menuju ke pusat Kota Banjarmasin
dari arah Kota Martapura misalnya, kita harus melewati Kota Banjarbaru dahulu,
sebelum akhirnya tiba di pusat Kota Banjarmasin. Namun pilihan ini hanyalah
salah satu alternatif yang bisa kita tempuh, sebab bisa saja kita melewati Kota
Banjarbaru, kemudian menuju ke Kabupaten Pelaihari, setelah itu memutar balik
dan menyusuri jalanan yang berbeda ke arah Kota Banjarmasin.
Di sini titik awal dan titik akhirnya
sudah pasti sama, hanya saja selalu terbuka kemungkinan untuk memilih jalur
alternatif yang paling kita sukai. Pun demikian halnya dengan teknik menulis
dengan hati ini. Setiap orang bisa mempraktikkannya dengan berbagai cara yang
dianggapnya paling mudah.
Sebagian orang barangkali lebih
menyukai cara yang paling sederhana,
misalnya dengan menuliskan segala hal yang ada di kepala kita saat itu. Prinsipnya
menulis, menulis, dan menulis seperti apa yang diinginkan oleh hati kita. Sedangkan
sisanya lebih memilih untuk merenungkan terlebih dahulu sebuah topik atau
gagasan. Merenung, merenung, dan merenung sekian waktu lamanya. Barulah
setelah permenungan itu dirasakan cukup, maka proses menulis baru kita lakukan
setelah itu.
Jika ada yang bertanya, manakah yang
lebih baik untuk dipraktikkan dalam keseharian aktivitas menulis kita, maka
jawabannya saya serahkan kepada Anda. Jika Anda lebih suka menulis, menulis,
dan terus menulis, maka lakukanlah hal itu. Menulislah seperti yang diinginkan
oleh hati Anda masing-masing. Namun jika Anda ingin merenung, merenung, dan
merenung terlebih dahulu, maka hal tersebut juga boleh Anda lakukan.
Menulis dengan hati berarti
menulis secara mengalir, menulis tanpa dipaksa dan terpaksa. Menulis
dengan hati berarti mencurahkan gagasan atau ide yang semula ada di kepala kita,
dan menuangkannya dalam kalimat-kalimat yang menarik dan enak dibaca.
Menulis dengan hati seperti
menikmati seruput kopi di pagi hari, atau secangkir teh di sore hari. Semuanya akan
menciptakan sensasi dan kenikmatan tersendiri. Selamat menulis dengan hati.
Banjarmasin, 16 Juni 2022
Salam literasi dari Kota Seribu
Sungai Banjarmasin
Sumber Bacaan:
Mengejar Hati yang Bahagia, dialamat https://www.islampos.com/mengejar-hati-bahagia-8204/ diakses pada 15 Juni 2022 pkl. 16.11 Wita.
Betul, menulis dengan hati membuat hati kita merasa senang, berbagi hal menginspirasi melalui tulisan dan menjadi berkat bagi sesama pak bu.
Terima kasih Ibu Dahlia atas kunjungannya.
Tulisan yang komplet. Menulis dengan hati menjadikan tulisan bergizi. Salam literasi Pak
Mantap selalu pak
Menulis dengan hati menghasilkan tulis lebih bermakna….
Terima kasih Ibu Budi, Ibu Sriwulan dan Ibu Ratna atas komentarnya yang semakin menyemangati saya untuk menulis dan menulis. Salam literasi Bu.
menulislah dengan hati, maka hati penulis dan pembaca akan bertemu.
Pembaca setia. Wah bahagia nya ini pak.. Selamat menikmati seruput kopi pak dengan tulisan yang hebat
Menulis dengan hati lebih mengalir
Benar sekali Om Jay, Ibu Yandri, dan Sensei Maesa. Terima kasih sudah berkenan berkunjung. Terima kasih untuk komentarnya yang luar biasa!
Senang sekali saya membacanya..
Terima kasih Bu Veni atas apresiasinya. (Guru Dion Indonesia)